Suku Asmat Berasal Dari – Suku bangsa yang paling terkenal dari Papua adalah Suku Asmat. Sekelompok suku bangsa endemik di Papua yang membentuk kebudayaan khusus bagi Papua di mata dunia.
Kebudayaan apa sih yang dimaksud? Yakni berupa pakaian adat Papua yang dikenal berasal dari alam, modelnya sederhana, dan ditambah dengan riasan loreng putih pada bagian wajah atau bahkan seluruh tubuh. Tahu nggak kamu kalau itu adalah kebudayaan asli dari Suku Asmat.
Ada niai seni yang tinggi di dalam kebudayaan yang dimiliki oleh Suku Asmat. Kalian nggak perlu sanksi karena penampilannya yang lucu karena banyak coretan di wajah, karena justru itu adalah kebudayaan yang sebenarnya, karena ada nilai filosofi yang tinggi di balik riasan itu. Hanya Papua Indonesia saja yang memiliki.
Suku bangsa di Papua yang satu ini nggak ada di kota besar, karena kebanyakan mereka tinggal di pedalaman ( di dalam hutan belantara) serta di daerah pesisir. Namun bukan berarti mereka nggak berinteraksi dengan masyarakat Papua yang lainnya, karena banyak juga Suku Asmat yang sudah modern dengan tinggal di kota.
Sejarah Suku Asmat
Bahasa Asmat adalah alat komunikasi rakyat Suku Asmat sehari-hari. Mereka hidup dengan sangat harmonis dengan bergantung sepenuhnya terhadap alam. Mau tau nggak gimana sebenarnya sejarah hidup Suku Asmat?
Ya, mereka mengklaim dirinya sebagai titisan para dewa. Alkisah ada dewa yang turun ke bumi dan melakukan perjalanan yang jauh. Di mana dewa tersebut kemudian bertemu dengan seekor buaya raksasa yang sangat buas.
Namun sang dewa bisa mengalahkan hewan buas tersebut. Walaupun menang, tapi fisik dewa sangat lemah, sehingga membutuhkan perawatan. Beruntung, ada burung flamingo yang berbaik hati merawat dewa hingga sembuh.
Setelah sembuh, dewa memutuskan untuk membangun rumah di sebuah hutan. Dia membuat sebuah alat music yang disebut gendering. Alat music tersebut mengiringinya menari tanpa henti. Suaranya sangat nyaring.
Lalu, dari sejarah Suku Asmat tersebut, apa hubungannya dengan cikal bakal adanya Suku Asmat? Ya, berasal dari dua patung buatan Suku Asmat yang kemudian menjadi hidup setelah melihat dewa menari tiada henti. Nah dua patung itulah yang menjadi nenek moyang Suku Asmat.
Fakta Unik Suku Asmat
1. Ritual Kematian
Kalau orang sudah meninggal, maka yang harus dilakukan adalah segera memakamkannya dengan layak sesuai kepercayaan masing-masing.
Jadi, nggak salah juga jika Suku Asmat membuat jasad kepala suku yang meninggal sebagai mumi. Trus dipajang deh di depan rumah adat pemukiman setempat.
Kalian bisa bayangin gimana ngerinya melihat mumi setiap hari karena jelas-jelas berdiri di depan rumah. Ada makna yang diyakini oleh Suku Asmat bahwa si kepala suku masih akan terus mengawasi desa walaupun sudah tiada.
Tak berhenti sampai di situ saja, ritual kematian yang dilakukan oleh Suku Asmat pun juga sangat unik untuk ditelisik lebih dalam. Di mana orang yang sudah meninggal tidak akan dikuburkan di pemakaman, melainkan di dalam hutan.
Jadi, di dalam lingkungan Suku Asmat tidak ada yang namanya makam aau kuburan atau tempat khusus menguburkan jenazah. Mereka akan menguburkan jenazah di dalam hutan yang mana beberapa tahun ke depan mereka akan mengolah tanah tersebut sebagai ladang.
Satu lagi yang wajib kalian ketahui, kalau ada salah satu anggota keluarga yang meninggal, maka salah satu keluarga harus siap kehilangan satu jari tangannya. Pemotongannya pun juga ada ritual tersendiri dengan diiringi nyanyian adat setempat. Ih tambah ngeri ya.
2. Ahli pahat kayu
Ya, memang benar, kalau Suku Asmat adalah para pemahat kayu yang handal. Mereka menciptakan patung, perahu, dan juga berbagai bentuk benda dari kayu. namun kebanyakan berupa patung dan perahu.
Di mana dalam kegiatan memahat yang dilakukan oleh Suku Asmat tersebut nggak asal memahat gitu aja, tapi memiliki tujuan, yakni untuk mengenang dan menghormati nenek moyang yang sudah mendahului mereka.
Mbis dan wurawon menjadi dua nama hasil pahatan mereka. Mbis berbentuk patung yang melambangkan sosok nenek moyang mereka, sedangkan wurawon yang artinya perahu. Di mana bentuk perahu memang seperti perahu pada umumnya, namun perahu tersebut dipercaya sebagai alat transportasi nenek moyang mereka menuju ke alam keabadian.
3. Makan daging musuhnya
Kanibal dong, iya betul. Memakan daging musuh bersama-sama adalah salah satu bentuk kebudayaan yang dimiliki oleh Suku Asmat. Mereka akan memenggal kepala musuh dan kemudian memakan jenazah musuhnya. Bahkan sampai otaknya pun dimakan dengan alas daun Sago.
Sungguh sangat amat sadis ya. Nggak bisa dibayangin deh. Mereka akan menikmati daging musuhnya itu bersama-sama dengan seluruh warga kampung. Pesta-pesta pokoknya. Namun agaknya sekarang kebudayaan tersebut sudah dihapuskan karena tidak berperikemanusiaan.
4. Lingkungan tempat tinggal yang terjal dan berlumpur
Bagi Suku Asmat yang tinggal di pedalaman, mereka kebanyakan tinggal di sekitar Pegunungan Arafuru. Medan untuk mencapai pemukiman mereka sangatlah suit dan terjal, jadi dibutuhkan staina yang cukup besar.
Untuk Suku Asmat yang tinggal di pesisir, mereka selalu mendapati kenaikan air laut hingga ke pemukiman mereka, sehingga tanah tempat tinggal mereka lembek berlumpur. Jangan harap bisa jalan kalau pake high heel atau sandal jepit. Hehe.
5. Maskawin batu
Wah kalau yang namanya maskawin itu ya uang, emas, atau benda-benda berharga. Eh Suku Asmat malah menggunakan benda yang sangat sederhana sebagai media meminang wanita yang dicintainya, yakni batu.
Mudah saja, mereka cukup mencari bebatuan di jalanan dan jadi deh mas kawin. Simple banget ya, nggak perlu beli emas. Batu itu adalah benda yang sangat langka di wilayah tempat tinggal Suku Asmat karena daetah mereka yang kebanyakan rawa-rawa.
Padaha mereka membutuhkan batu untuk dijadikan beberapa alat pertukangan atau alat untuk mencari makan sehari-hari, jadi pantas saja kalau batu dijadikan sebagai salah satu benda berharga di sana.
6. Setiap kampung ada 1 rumah adat
Rumah adat Suku Asmat ini adalah Rumah Bujang. Di mana banyak kegiatan adat yang selalu di gelar di sini. Di rumah adat ini jugalah diletakkan banyak mumi-mumi kepala suku Suku Asmat yang telah meninggal dunia.
Bentuk bangunannya sangat sederhana. yang pasti adalah atap yang terbuat dari daun jerami, namun jangan pertanyakan keawetannya.
7. rumah dihuni beberapa keluarga
Ya sama aja sih kayak rumah pada umumnya. Kalau masih tinggal sama orangtua otomatis kan dalam satu rumah ada beberapa kepala keluarga. Eh, tapi maksimal pada umumnya hanya ada 2 kepala keluarga.
Kalau rumah penduduk Suku Asmat ini ada 3 kepala keluarga dengan jumlah kamar mandi dan dapur yang sama dengan jumlah keluarga. Jadi, tidak satu dapur dipakai semua keluarga, karena mereka memiliki dapur sendiri-sendiri.
8. Suku Asmat tinggi besar
Pastinya kalian udah nggak asing dengan orang Asmat. Mereka terkenal tinggi besar, ya memang benar. Karena tinggi mereka sama seperti tinggi para model lho. Pria tingginya kira-kira 172 cm dan wanita 162 cm. Semampai pokoknya.
9. Hidup bergantung dengan alam
Masyarakat Suku Asmat mencari makan dari hasil alam sekitarnya. Mereka mengolah sagu menjadi makanan pokok, mencari ikan untuk lauk, mencari tanaman untuk di olah sebagai sayur, dan juga berburu untuk memenuhi kebutuhan protein tubuh.
10. Maskawin dari mempelai wanita
Kalian wajib tahu kalau yang memberikan maskawin itu bukan laki-laki saja, tetapi juga si wanita. Pihak keluarga mempelai wanita harus memberikan maskawin berupa piring antic yang harganya setara dengan harga perahu Johnson.
Boleh dicicil, tetapi syaratnya harus sampai lunas, karena jika belum lunas, maka kedua mempelai walaupun sudah sah menjadi suami istri tidak boleh berhubungan badan.
11. Berhubungan di ladang
Padahal seharusnya di tempat tersembunyi, seperti kamar tidur, karena memang aktivitas tersebut termasuk kegiatan intim. Tidak boleh dilakukan di alam terbuka. Namun Suku Asmat malah melakukannya di ladang saat sedang berladang.
Tidak pantas kedengarannya dan jauh dari kata sopan. Namun itu sudah menjadi kebudayaan Suku Asmat. Pastinya mereka sudah memastikan kalau di area ladang tersebut sedang tidak ada orang.
12. Minum dari air hujan dan atau air rawa
Air minum syaratnya harus air yang bersih, karena hubungannya dengan kesehatan tubuh. Namun sayangnya di area pemukiamn Suku Asmat ini adalah area rawa-rawa, jadi airnya tidak bersih. Kuning seperti air sungai, kalaupun putih tetap saja tidak bersih.
Selain minum dari air rawa Suku Asmat juga mengandalkan air hujan untuk dikonsumsi. Mereka akan menampung air hujan sebanyak-banyaknya untuk stok minum.
13. Riasan khas
Baju sederhana dengan wajah yang penuh coretan adalah ciri khas riasan Suku Asmat. Ternayat oh ternyata mereka nggak memakai bedak atau alat make up lho, melainkan menggunakan arang untuk menghasilkan warn ahitam dan kulit kerang untuk warna putihnya.
Yang diwarnai dalam ciri khas riasan tubuh bukan hanya wajah saja, tetapi juga tubuh. Bahkan sampai seluruh tubuh.
14. Suku Asmat sudah beragama
Sebelum ada orang aisng yang masuk ke wilayah Suku Asmat, mereka masih animisme. Tapi setelah mereka berbaur dengan orang lain atau orang asing di luar wilayahnya, akhirnya mereka pun memiliki agama.
Suku Asmat ada yang beragama Islam, Kristen Protestan, dan juga ada yang beragama Kristen Katolik.
15. Memotong tali pusar bayi dengan Sembilu
Kalau tali pusar biasana dibiarkan mengering dan akan putus sendiri. Berbeda dengan orang Suku Asmat yang akan memotong tali pusar dengan menggunakan alat dari bambu yang disebut dengan sembilu.
16. Rumah adat di atas pohon
Unik banget ya, ada rumah adat di atas pohon. Ya, Suku Asmat memiliki itu. Mereka membangun rumah di atas pohon. Kalau untuk rumah adat biasa, bernama Joglo. Ukurannya sekitar 25 meter.
17. Memiliki banyak macam upacara adat
Suku Asmat ini memiliki banyak sekali upacara adat. Mereka melakukannya sebagai wujud penghormatan kepada nenek moyang.
- Upacara Mbismbu (upacara pembuatan patung atau tiang) : Bukan sembarang patung atau tiang yang dibuat, karena harus disesuaikan dengan sosok nenek moyang atau kerabat yang telah meninggal dunia. pembuatan patung ini sangat sacral, jadi harus dilakukan dengan upacara. Tujuan dari pembuatan patung ini adalah jelas untuk mengenang orang atau kerabat yang telah meninggal. Bisa ditaruh di depan rumah atau di dalam.
- upacara yentpokmbu (upacara syukuran pembuatan rumah) : Tidak bisa dipastikan kapan digelar, karena tergantung kapan ada pembangunan rumah baru. Sama seperti kebudayaan yang sudah menjamur di tengah masyarakat dengan menggelar syukuran setelah punya rumah baru.
- upacara Tsyimbu (upacara pembuatan lesung) : Lesung adalah perahu. Dalam hal ini, sama dengan syukuran memiliki perahu baru. Pelaksanaannya adalah dengan mengecat bagian dalam perahu dengan warna putih dan bagian depan dengan warna merah. Sebelum mulai digunakan, warga Suku Asmat wajib mengadakan upacara adat lengkap dengan tari-tarian khas Asmat di rumah joglo.
- upacara Yamsy pokumbu (upacara perisai)
- upacara Mbipokumbu (upacara topeng).
18. Kehidupan magis
Dunia maya yang dalam artian dunia yang tak terlihat dengan mata telanjang menjadi dunia yang nggak asing lagi bagi Suku Asmat. Mereka sangat percaya dengan kekuatan magis tersebut.
Ada ilmu sihir serta ilmu-ilmu magis lain yang mereka percaya bahkan mereka kuasai. Namun mereka hanya akan menggunakannya untuk mengungkap kebenaran, bukan sembarang digunakan.
19. Istri, tulang punggung
Kegiatan rumah tangga didominasi oleh istri. Para suami hanya duduk-duduk, makan, merokok, dan tidur. Istri harus mencari bahan makanan, megolah makanan, memasak, mengangkut air bersih, dan semuanya dilakukan sendiri.
Tanpa disadari istri menjadi tulang punggung keluarga, makanya keputusan menikah menjadi keputusan besar yang harus dipikir matang-matang.
20. Penyakit mematikan
Ada beberapa pemberitaan yang menyatakan data bahwa Suku Asmat menjadi penderita HIV paling besar di Papua. Sangat menyedihkan karena penyakit ini adalah penyakit yang sangat berbahaya.
Kehidupan seks yang tidak sehat, menjadi kemungkinan utamanya. Atau sering berganti pasangan. Selain itu juga kurangnya tenaga kesehatan serta sosialisasi tentang kesehatan seks.
21. Menangisi orang yang sakit
Pada umumnya, kalau sakit yang dibawa ke rumah sakita ya. Minimal dibawa berobat lah. Eh kalau Suku Asmat malah menangisinya. Mereka menangisi orang sakit karena mereka percaya kalau orang yang sakit tersebut akan segera meninggal.
Pihak keluarga nggak ada yang berani mendekat karena takut akan di ajak si sakit yang akan meninggal. Para tetanggalah yang mendekat.
Saat di sakit benar-benar meninggal, barulah pihak keluarga mendekat dan memeluk jenazah. Sementara para tetangga sesegera mungkin menutupi semua lubang yang ada di rumah kecuali pintu utama, tujuannya adalah menghalangi roh jahat masuk rumah.
22. Berduka berbulan-bulan
Keluarga yang ditinggal oleh salah satu anggota keluarganya akan melakukan guling-guling di lumpur sampai berhari-hari. mereka akan memangkas habis rambutnya. Mereka akan menangis sampai berbulan-bulan. Itu menunjukkan rasa kehilangan yang sangat dalam.
23. Membiarkan jenazah membusuk
Ternyata kebudayaan Suku Asmat tidak berhenti sampai di situ saja, melainkan masih ada lagi yang unik, yakni dalam hal mengurus jenazah. Di mana saat ada saudara yang meninggal, selain menguburkan, mereka juga membuangya ke hutan.
Setelah membusuk dan hanya tinggal tulang, mereka akan mengumpulkannya dan menaruhnya di atas pohon. Sedangkan untuk tengkoraknya ditaruh di rumah sebagai bantal. Wah ngeri banget ya. Tapi bagi mereka, itu adalah bukti sayang.
24. Larung jenazah
Kebudayaan ini menjadi alternative lain untuk menyikapi jenazah saudara yang meninggal. Jenazah tidak dikubur dan juga tidkak dibuang di hutan, melainkan ditaruh di atas lesung lalu membiarkan lesung terbawa ombak.
Namun sebelumnya, lesung diukir sedemikian rupa sesuai dengan wajah atau karakter si jenazah. Mereka percaya bahwa dengan demikian, maka jenazah akan kembali lagi ke alam.
25. Tarian adat
Tobe adalah tarian adat khas Suku Asmat. Di mana tarian ini akan ditarikan oleh penari-penari asli Suku Asmat saat acara penyambutan tamu. Padahal dulunya tarian ini digelar saat akan perang.
Ada filosofi tersendiri pada penampilan para penari. Mereka mengenakan manik-manik pada baju yang berasal dari batu alam. Semua aksesorisnya pun juga berasal dari alam. Pertanda bahwa mereka sangat dekat dengan alam.
Banyak yang kenal dengan Suku Asmat yang ada di Papua ini, namun ternyata nggak cukup tahu saja, karena kebudayaan Suku Asmat yang sangat unik. Salah satunya adalah pada adat saat ada kematian.
Disebutkan dalam fakta-fakta unik sebelumnya kalau upacara kematian yang ada di lingkungan Suku Asmat ini ada banyak bentuk. Ada yang menguburkan jenazah, ada yang menjadikannya mumi, dan ada yang membuangnya begitu saja di hutan. Bahkan ada yang melarungkannya ke sungai.
Kedudukan kepala suku sangat penting di sini, sehingga saat kepala suku meninggal pun mereka masih sangat menghormati dan menjadikan jenazahnya sebagai mumi. Menghormati dan menghargai ennek moyang menajdi adat yang sanbgat kental dimiliki oleh orang Asmat.
Papua wajib bangga memiliki Suku Asmat yang memiliki banyak kebudayaan. Mereka pun sangat sayang alam, sehingga Papua masih dikenal sangat asri sampai sekarang ini.