Tari Legong Berasal Dari – Ada Tari Pendet ada juga Tari Legong Bali yang sangat terkenal. Di mana keduanya adalah tarian khas Bali yang telah mendunia.
Perkembangannya menjadi saksi bisu babat eksistensi Bali hingga mendunia seperti yang sedang berlangsung saat ini.
Bahkan bisa dikatakan kalau Tari Legong ini adalah tarian paling kuno di Bali. Tarian inilah yang menjadi cikal bakal munculnya tarian Bali yang lainnya.
Sebuah tarian klasik yang dulunya berkembang di kalangan kerajaan-kerajaan di Bali yang ikut menjadi bagian peradaban Bali.
Ada yang mengatakan kalau Tari Legong ini sama dengan Tari Pendet. Padahal enggak. Beda banget lho. Di mana Legong ini masuk menjadi bagian sendratari Gambuh Bali yang geraknya syarat akan makna, sesuai dengan lakon.
Sejarah Tari Legong
Berawal dari namanya, Legong, yang berasal dari dua kata, “leg” dan “gong”. Kata “leg” sendiri adalah Bahasa Inggris yang berarti “kaki” namun untuk kaitannya dengan sejarah Tari Legong ini, kata “leg” bermakna gerakan tari yang lemah gemulai.
Sedangkan “ gong” sendiri adalah nama dari salah satu alat musik tradisional senior. Gimana enggak coba. Hampir semua tarian daerah menggunakan alat musik pukul ini. Nah dari makna literalnya tersebut dapat diartikan bahwa Tari Legong adalah tarian Bali lemah lembut yang sudah terikat dengan iringan gong.
Nama gamelan atau gong yang dipakai dalam Tari Legong ini bernama Gamelan Semar Pagulingan dengan lakon Lasem. Nah dari lakon inilah sejarah Tari Legong berasal. Di mana dalam cerita Lase mini mengisahkan tentang cinta terlarang antara Putri Rankesari dan Prabu Lasem.
Namun beda dengan versi sejarah yang satu ini, di mana Tari Legong ini katanya adalah hasil mimpi raja yang saat itu tengah terbaring sakit. Setelah itu, raja membentuk sebuah tarian yang lengkap dengan iringan gamelannya.
Bahkan ada juga yang menyatakan bahwa sejarah Tari Legong ini diawali dari lahir dua orang putri cantik dari betis. Sebuah kejadian yang unik, karena Batari Giriputri tidak mengandung di perut, melainkan langsung melahirkan dari betisnya.
Kalau versi buku Babad Sukawati, Tari Legong ini muncul di abad ke -19 dari hasil pertapaan yang dilakukan oleh Raja Sukawati di taman Ketewel (daerah Sukawati Bali juga). Di sana dia melihat bidadari menari dengan sangat indah.
Lalu sejak saat itulah gerakan tari para bidadari tersebut ditirukan dan diajarkan kepada para gadis Bali. Mereka memakai topeng dalam menari agar mirip kecantikan para bidadari makanya awalnya nama Tari Legong ini adalah Tari Topeng Legong.
Tapi dalam perkembangannya, sekarang para penari Legong nggak pakai topeng. Ini adalah bukti bahwa perkembangan Tari Legong ini memang sangat pesat, sesuai dengan perkembangan jaman.
Lihat juga : Tari tradisional indonesia dan asalnya
Makna Tari Legong
Bicara soal makna Tari Legong, maka jawabannya adalah berbeda-beda, tergantung dari alur cerita yang dibawakan. Kalau ceritanya tentang Lasem. Maka sudah jelas tentang cinta terlarang. Kalau tentang Subali dan Sugriwa, berarti tentang takdir dan kehidupan.
Tari Legong ini memang sangat dekat dengan budaya Jawa, jadi alur ceritanya ada yang berkisah tentang cerita wayang. Makanya ada lakon Subali dan Sugriwa. Maka makna tentang kehidupan lah yang diangkat.
Namun secara umum, makna Tari Legong ini adalah tentang ajaran keagamaan, sesuai dengan tempat pertunjukkannya yang ada di pura. Orang Bali sangat menghargai leluhurnya, sehingga lewat tarian mereka mengekspresikan rasa syukur dan terima kasih.
Fungsi Tari Legong
Nggak bisa dijauhkan lagi dengan kata sakral, kalau berbicara tentang fungsi Tari Legong ini. Di mana memang tempat pengesahan tarian ini pun di Pura Prayogan Agung Ketewel Sukawati Bali, maka jelas kalau fungsi Tari Legong ini adalah sebagai tarian upacara keagamaan.
Tarian ini juga dipentaskan di lingkungan kerajaan sebagai hiburan dan tarian penyambutan tamu kerajaan. Untuk tempat spesifiknya, biasanya ditampilkan di bagian puri kerajaan. Nah sampai sekarang ini pun masih berlangsung pelestarian Tari Legong ini di Puri Agung Peliatan.
Eh kalian tahu nggak, kalau ada persyaratan khusus untuk penari Legong di Puri Agung Peliatan ini, yakni harus ditarikan oleh gadis kecil yang belum mendapatkan menstruasi ( datang buan ) dan harus ditarikan di malam bulan purnama.
Kalau fungsinya hanya ditarikan di lingkungan kerajaan saja, maka sudah pasti nggak akan bisa berkembang dan dikenal masyarakat luas. Untuk itulah di tahun 1928, Tari Legong mulai boleh ditampilkan di tengah masyarakat umum dan mencapai masa kejayaan pada tahun 1970.
Pola Lantai Tari Legong
Karena jumlah penari yang hanya 2 orang, maka pola lantai yang dipakai dalam Tari Legong ini bisa dikatakan pola lantai yang campuran. Namun kebanyakan pola lantainya adalah lurus karena kedua penari yang akan sering menari dengan saling berhadapan.
Pada beberapa babak, pola lantai pun bisa berubah sesuai dengan alur cerita dalam tarian. Mengingat banyak sekali tema tarian yang bisa diangkat.
Kostum dan Properti Tari Legong
Baju khas Bali yang blink-blink menjadi kostum utama dalam Tari Legong ini. Warna kuning keemasan dengan aksesoris yang juga mencolok menjadi ciri kas busana penari Legong ini. Mereka memakai selendang juga berwarna kuning yang nantinya saat menari bsia dikepakkan dengan lebarnya.
Kembang goyang pun tidak boleh ketinggalan, karena akan menambah kecantikan tampilan para penari Legong. kembang goyang ini diletakkan di bagian mahkota lengkap dengan bunga melati yang menambah keharuman.
Untuk property, para penari Legong membawa kipas masing-masing yang dipegang di salah satu bagian tangannya. Kipas tersebut akn diayunkan sesuai dengan gerakan tari yang dilakukan.
Gerakan Tari Legong
Tampilan Tari Legong ini dikemas dengan cukup unik dan memang beda banget dengan tarian khas Bali yang lainnya, di mana di awal pementasan tarian ini ada Candong atau istilah untuk peran sebagai Emban yang memasuki panggung.
Kalau tarian pada umumnya kan langsung masuk ke panggung para penarinya. Nah dalam Legong ini nggak demikian. Emban akan masuk duluan dan kemudian disusul oleh dua orang penari. Adapun peran kedua penari yang masuk tersebut adalah sebagai Putri Rankesari dan Prabu Lasem.
Beda lagi kalau alur ceritanya adalah tetang Kuntir atau Jobog. Penari yang masuk setelah Emban berperan sebagai dua orang kera yang sakti, bernama Sugriwa dan Subali. Semuanya digerakkna dengan sangat lemah lembut. Gemulai banget deh pokoknya.
Kalau secara teori, gerakan dalam Tari Legong ini ada 4, yakni gerakan Pangawak, Papeson, Pakaad, dan Pengecet. Gerakan-gerakan tersebut mengandung makna yang disesuaikan dengan alur cerita yang dibawakan.
Dalam praktiknya, ada 3 gerakan dasar dalam Tari Legong, yaitu:
- Gerakan Agam : Ini adalah gerakan kondisional yang didasarkan pada peran penari dalam Tari Legong. Kalau sebagai Prabu Lasem, maka gerakannya akan berbeda jika perannya sebagai Subali.
- Tandang : Gerakan ini adalah gerakan berjalan, yang terbagi menjadi beberapa jenis, yakni nyelendo, ngelikas, tandang nayog, ngeleog, nyeregseg, agem nyamir, tandang niltil, dan nayuh.
- Tangkep : Gerakan mimik wajah, begitulah maksud dari gerakan Tari Legong yang satu ini. Gerakan mata menjadi kuncinya, yakni manis cerengu dan dedeling. Selain itu ada gerakan leher Ngurat Daun, Gulu Wangsul, Ngeliet, Ngotak Bahu, dan Ngilen.
Tangan yang lentik pun juga mendukung gerakan ini, yakni gerakan nredeh, nyeliring, dan girah. Adapun juga gerakan tangan memegang kipas yang masuk dalam istilah gerakan nyekel, ngaliput, dan nyingkel.
Keunikan Tari Legong
Nggak nyesel deh belajar tentang sejarah Tari Legong yang sangat unik. Tarian klasik Bali yang sangat eksis di Bali sejak jaman keraton. Walaupun nggak dimainkan oleh banyak penari, tapi makna yang disampaikan sangat kuat.
Legong ini menjadi suguhan tarian bagi wisatawan selain Tari Kecak dan Tari Pendet. Kalian jangan sampai melewatkannya, rugi banget udah nyampek Bali.
1. Dijuluki Legong Keraton
Ya, karena memang sesuai dengan sejarahnya kalau Tari Legong ini memang hanya berkembang di dalam lingkungan keraton dan pura saja. Makanya dulu namanya Legong Keraton.
Hampir setiap ada kegiatan keraton, Tari Legong ini selalu ditarikan. Tidak pernah absen. Namun kemudian mulai berkembang di masyarakat karena kesadaran akan seni yang harus terus hidup sebagai warisan budaya.
2. Penarinya gadis
Para penari Legong harus masih gadis, yang mewakili makna suci karena sifat tarian ini yang sakral dan dijadikan tarian di upacara keagamaan yang bertempat di Pura. Makanya sejak awal lahirnya tarian ini, para penari yang dipilih adalah para gadis.
3. Hanya dimainkan oleh dua penari
Hal tersebut memang sesuai dengan alur cerita tarian yang mengisahkan tentang kisah kasih percintaan antara Pangeran Lasem dengan Putri Rankesari. Selain itu, di kisah lain, juga hanya memerlukan dua orang penari saja.
4. Tarian pura
Mengapa demikian? Ya, karena memang tarian ini dijadikan sebagai tarian dalam upacara adat keagamaan. Orang Bali beragama Hindu, makanya upacara keagamaan selalu di pura. Nah Tari Legong nggak pernah ketinggalan dimainkan.
5. Pembabat tarian-tarian Bali
Sebelum ada Tari Pendet, Tari Kecak, dan tarian Bali yang lainnya, Tari Legong sudah lebih dulu hadir di Bali. Lewat penampilannya di lingkungan kerajaan, Tari Legong kemudian dikenal masyarakat.
Nah, sejak saat itulah Legong ini mampu merangsang kreativitas masyarakat Bali untuk menciptakan berbagai macam tarian khas Bali. Kalian lihat saja, gerakan-gerakan khas dalam tarian Bali yang gemulai, sama dengan prinsip gerakan dalam Tari Legong.
6. Ada condong
Nah, ini ni keunikan yang dimiliki oleh Tari Legong yang membuatnya beda dengan tarian Bali yang lainnya, yakni adanya peran Emban yang masuk ke panggung duluan sebelum penari masuk.
Peran condong ini hanyalah sebagai penari tambahan saja, namun tetap memberikan sentuhan unik pada tarian ini.
7. Kipas
Salah satu property unik yang dipakai dalam Tari Legong ini adalah kipas. Di mana property ini dipakai oleh kedua penari dengan warna kuning keemasan, pokoknya warna Bali banget. Hanya Condong saja yang nggak bawa kipas.
8. Syarat khusus penari Leggong
Seperti yang sudah kalian ketahui sebelumnya kalau penari Tari Legong ini harus seorang gadis. Nah ada syarat penting lagi yang harus diketahui, yakni, penari Legong harus gadis yang belum menstruasi.
Mereka harus menari di saat bulan purnama. Saat itu, aturan ini berlaku di keraton. Namun untuk sekarang bisa ditampilkan kapan saja.
9. Puluhan jenis Tari Legong
Kalau tarian Bali yang lain kan cukup satu nama saja. Nggak dipecah ke berbagai jenis. Beda banget dengan Tari Legong ini yang memiliki kurang lebih 18 jenis tarian. Beberapa diantaranya adalah Legong Peliatan Legong Saba, legong Pejeng, Legong Bedulu ( Gianyar ).
Kalau yang ada di Badung, ada Legong Kuta dan Legong Binoh. Sedangkan yang ada di daerah Tabanan ada Legong Tista. Nah yang paling dikenal adalah Legong Lasem atau Legong Keraton yang bercerita tentang kisah kasih Prabu Lasem.
Macam-macam Legong itu didasarkan pada alur cerita yang ditampilkan. Ada Legong Sudarsana, misialnya, yang berkisah tentang cerita Calon Arang yang melegenda. Lalu ada Legong Kuntul yang berkisah tentang seekor burung kuntul, dan lain sebagainya.
10. Tarian yang lembut
Gerakan yang gemulai dengan tempo rendah membuat penampilan penari Leggong sangat lembut. Tapi dijamin nggak bikin ngantuk, karena ada makna cerita yang menarik dibaliknya.
11. Memiliki banyak tema
Kalau biasanya tarian membawa satu tema tertentu. Berbeda dengan Tari Legong ini yang bisa menampilkan banyak tema. Kalian bisa memilih tema cerita apa yang akan dibawakan.
Keunikan Tari Legong tersebut adalah segelintir keindahan yang dimiliki. Masih banyak keunikan lain yang perlu untuk ditelusuri lebih dalam. Tujuannya adalah untuk edukasi anak cucu kelak, jangan sampai punah ditelan tarian Barat.
Bali itu indah dan akan seindah kesenian tarinya bersama lestarinya Tari Legong. nggak mahal untuk melestarikannya dan nggak harus di ukur dengan uang. Intinya adalah mau belajar dan mengajari.
Lihat juga : Tari Seudati Berasal Dari Daerah