Suku Bangsa Di Indonesia – Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki luas 5.176.800 kilometer persegi. Jumlah pulaunya pun mencapai 17.508 pulau. Tak hanya pulau, suku di Indonesia juga menambah kekayaan yang dimiliki nusantara.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, suku berarti golongan bangsa sebagai bagian dari bangsa yang besar. Dengan jumlah pulau yang banyak, tak heran jika jumlahsuku di Indonesia pun banyak dan beragam.
Tidak ada yang tahu pasti ada berapajumlahsuku di Indonesia. Tapi setidaknya menurut Badan Statistik di tahun 2010, tercatat ada 1340 suku bangsa yang menyebar di wilayah Indonesia. Keberagaman suku justru jadi kekayaan Indonesia yang tak ternilai harganya.
Suku di Indonesia ini tersebar dari Sabang sampai Merauke. Suku yang ada di Indonesia dikelompokkan berdasarkan provinsi, budaya, adat istiadat, dan asalnya. Makanya dalam satu pulau bisa terdiri dari macam-macam suku.
Suku-Suku di Indonesia
Keberagaman suku ini diiringi dengan perbedaan karakter dan sifat setiap warganya. Makanya terkadang memicu perang antar suku.
Namun sesungguhnya jika setiap masyarakat yang berbeda suku lebih mengenal satu sama lain, justru perbedaan yang ada bisa menjadi pemersatu bangsa.
Supaya kamu bisa mengenal lebih dekat suku di Indonesia, sebaiknya kamu simak daftar berikut. Lengkap dengan asal dan penjelasannya.
Suku Aceh dari Aceh
Suku Aceh merupakan sebutan untuk penduduk asli Aceh di wilayah Nangroe Aceh Darussalam (NAD). Nenek moyangnya diduga berasal dari berbagai wilayah. Wilayah tersebut adalah Melayu, Arab, India, dan Semenanjung Malaysia.
Sebagian besar masyarakatnya beragama Islam. Sehingga wajar jika adat istiadat dan budayanya sarat akan nilai-nilai Islam. Bahasa yang digunakan suku ini adalah Bahasa Aceh.
Suku Aceh punya rumah adat yang disebut Krong Bade. Sering juga disebut sebagai Rumah Aceh. Rumah ini memanjang dari Timur ke Barat dengan bentuk persegi panjang.
Jarak antara lantai dan tanah pun dibuat cukup tinggi sekitar 2,5 meter hingga 3 meter. Sehingga di bagian depan rumah pasti terdapat tangga sebagai tanda pintu masuk rumah.
Bagian bawahnya ini sengaja diberi jarak karena digunakan untuk menyimpan persediaan makanan. Sehingga warganya tak perlu lagi membuat lumbung padi.
Suku Aceh juga punya banyak tarian tradisional. Tari Saman dan tari Seudati merupakan dua tarian yang paling terkenal dari suku Aceh.
Suku Anak Dalam dari Jambi
Suku Anak Dalam adalah suku di Indonesia yang tinggal di hutan wilayah Jambi. Suku Anak Dalam merupakan suku yang nomaden, mereka sering pindah mengikuti ketersediaan makanan. Kini mereka tinggal di kawasan Taman
Nasional 12, Taman Nasional Bukit 30, dan di hutan perbatasan dengan Sumatera Selatan.
Berbeda dengan suku lainnya, suku Anak Dalam merupakan suku yang masih primitif. Mereka tidak mengikuti perkembangan zaman. Bahkan hampir tidak tersentuh dunia luar.
Menurut tulisan di BMT Depsos tahun 1988, suku Anak Dalam disebut berasal dari Kerajaan Jambi. Nenek moyang merek dulu adalah prajurit yang diutus untuk ikut berperang. Namun mereka kehabisan bekal saat di perjalanan.
Akhirnya mereka memutuskan untuk tinggal di hutan belantara. Lantaran merasa malu untuk pulang ke kerajaan.
Suku yang juga disebut ‘Orang Rimba’ ini sangat menjunjung tinggi adat istiadat. Mereka hidup secara sederhana dan mencukupi diri dengan apa yang tersedia di hutan.
Sebagian besar dari mereka juga belum bisa berbicara Bahasa Indonesia maupun baca tulis. Maka seringkali mereka dibantu ketua adat desa sekitarnya untuk bisa berkomunikasi dengan orang luar.
Suku Asmat dari Papua
Suku yang satu ini sudah tidak asing di telinga masyarakat Indonesia. Suku Asmat merupakan penduduk terbesar yang ada di Papua. Kini diperkirakan jumlahnya hanya 50.000 orang saja.
Suku Asmat terdiri dari dua bagian berdasarkan tempat tinggalnya. Ada yang tinggal di pesisir pantai dan juga pedalaman. Keduanya punya banyak perbedaan, mulai dari mata pencaharian, kepercayaan, kebiasaan, dialek dan bahasa yang digunakan.
Suku Asmat yang tinggal di pedalaman termasuk yang paling sulit dijangkau karena jaraknya yang sangat jauh. Jaraknya bahkan membutuhkan waktu satu hingga dua hari perjalanan. Mereka tinggal dikelilingi hutan heterogen dengan beragam pohon dan umbi-umbian.
Nenek moyang suku Asmat diyakini sebagai keturunan dewa yang turun ke bumi. Karena kepercayaan itulah mereka memiliki macam-macam upacara adat yang dilakukan untuk berkomunikasi dengan arwah nenek moyang. Mereka menggunakan media berupa perisai, patung, atau pun topeng.
Oleh sebab itu, suku Asmat terkenal dengan keahliannya dalam mengukir dan membuat patung. Keahlian tersebut terasah dengan baik berkat kebiasaan mereka.
Dulu kala suku Asmat masih belum bisa baca tulis. Kini beberapa anak suku Asmat sudah bersekolah.
Suku Baduy dari Banten
Banyak orang awam yang mengira suku Baduy sama dengan suku Sunda. Padahal pada kenyataannya sangat berbeda. Kedua suku ini memiliki perbedaan budaya, bahasa, dan adat istiadat.
Suku Baduy dikelompokkan menjadi dua yaitu suku Baduy Dalam dan suku Baduy Luar. Meski demikian, orang suku Baduy sendiri menganggap bahwa hanya ada satu suku Baduy.
Suku Baduy Dalam tinggal di hutan. Tidak mengenal teknologi, sekolah, dan uang. Orang suku Baduy Dalam punya ciri khas dari cara berpakaiannya. Mereka mengenakan baju suku Baduy berwarna putih.
Suku Baduy Dalam berkomunikasi dengan menggunakan bahasa daerahnya, meskipun lawan yang diajak bicara berasal dari luar kampung. Mereka terbuka untuk dikunjungi. Namun, ada waktu-waktu tertentu yang melarang pengunjung datang ke kampung mereka.
Sedangkan suku Baduy Luar tinggal di desa yang mengelilingi kampung suku Baduy Dalam. Pakaian yang digunakan hampir sama, hanya saja warnanya hitam bukan putih.
Orang suku Baduy Luar juga lebih terbuka. Mereka cukup mengenal teknologi, sekolah, dan uang. Meski demikian, belum tentu semua orang Baduy Luar mau dan mampu menggunakan teknologi yang ada.
Suku Bali dari Bali
Suku Bali merupakan penduduk asli yang tinggal dan menempati wilayah Bali. Mereka memiliki adat istiadat, kebudayaan, bahkan bahasa sendiri.
Suku Bali terdiri dari dua suku yaitu Bali Aga dan Bali Majapahit. Keduanya dikelompokkan berdasarkan sejarah terbentuknya suku Bali.
Menurut sejarah, Kerajaan Majapahit berhasil menguasai Bali di tahun 1343 Masehi. Saat itu suku asli Bali melakukan perlawanan. Nah, keturunan suku asli inilah yang disebut sebagai Bali Aga.
Sementara mereka yang keturunan dari orang-orang setelah Majapahit berkuasa disebut sebagai Bali Majapahit.
Suku ini beberapa kental dengan nuansa dan kebiasaan dari Jawa. Bahasa yang digunakan masih mengandung unsur Jawa, hanya saja dengan dialek Bali.
Suku Banjar dari Kalimantan
Suku Banjar merupakan suku asli yang mendiami sebagian besar wilayah Pulau Kalimantan. Sebagian besar tinggal di Kalimantan Selatan. Mereka diduga berasal dari orang Melayu Sumatera dan Jawa yang datang untuk berdagang di Kalimantan.
Suku Banjar sering kali disebut sebagai masyarakat air atau The Water People. Hal ini dikarenakan mereka selalu menggunakan air untuk memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari.
Suku Banjar dibagi menjadi tiga subsuku. Banjar Pahuluan adalah kelompok masyakarat yang tinggal di lembah-lembah sungai yang berhulu ke Pegunungan Meratus.
Kedua adalah Banjar Batang Banyu. Suku ini dipercaya sebagai campuran orang Melayu, Dayak dan Jawa. Mereka kemudian tinggal bersama dan bersatu membentuk suatu budaya.
Terakhir ada Banjar Kuala yang merupakan perpaduan banyak orang dengan budaya yang beragam. Mulai dari orang Melayu, orang Kuin, orang Dayak, orang Arab, dan lainnya.
Suku Batak dari Sumatera Utara
Suku Batak bukan hanya dari Medan, tapi merupakan suku asli Sumatera Utara. Suku di Indonesia ini sebagian besar mereka menganut agama Kristen Katolik, Kristen Protestan, dan Islam.
Orang Batak terdiri dari lima subetnis. Kelimanya dibagi berdasarkan tempat tinggal mereka. Ada Batak Tapanuli, Batak Simalungun, Batak Karo, Batak Mandailing, dan Batak Pakpak.
Tidak hanya tempat tinggal, lima subetnis ini juga menggunakan bahasa Batak yang berbeda saat berkomunikasi. Masing-masing punya bahasa khas sendiri.
Misal Batak Karo akan menggunakan Bahasa Batak Karo dan Batak Mandailing menggunakan Bahasa Batak Mandailing.
Suku Batak dikenal menganut sistem patrilineal. Hal ini dibuktikan dengan adanya pemberian marga bagi keturunan ayah. Marga adalah kelompok kekerabatan berdasarkan garis keturunan ayah atau ibu.
Suku Betawi dari Jakarta
Jakarta memang terkenal sebagai kota yang penuh dengan pendatang dari berbagai daerah. Tapi Jakarta juga sebenarnya punya suku asli yang sudah menetap sejak puluhan tahun silam. Yup, merekalah suku Betawi.
Suku di Indonesia yang satu ini banyak dipengaruhi oleh orang-orang Belanda dan Cina. Suku ini mulai berkembang sejak masa penjajahan Belanda di Indonesia.
Ada banyak yang jadi ciri khas suku Betawi. Pertama dari keseniannya. Kamu mungkin tidak asing dengan ondel-ondel dan tanjidor.
Ondel-ondel merupakan ikon khas DKI Jakarta yang sudah ada sejak abad ke-16. Saat itu ondel-ondel diarak keliling kampung untuk mengusir roh jahat. Sementara tanjidor merupakan alat musik khas yang sering digunakan sebagai iring-iringan pengantin.
Suku Betawi juga terkenal akan bahasanya yang khas. Dengan dialek dan nada sedikit tinggi, bahasa Betawi memberikan kesan tegas dan keras.
Suku Bugis dari Sulawesi Selatan
Meski zaman sudah modern, suku Bugis masih dikenal sebagai suku di Indonesia yang menjunjung tinggi adat istiadat dan budaya. Orang suku Bugis sangat menjungjung dan menjaga harga diri. Bagi mereka harga diri setiap orang adalah harga mati.
Suku Bugis punya pepatah yang berarti, “jika sebuah harga diri telah ternodai, maka nyawa yang akan jadi bayarannya”. Pepatah ini sangat dipegang teguh oleh anggota suku Bugis.
Tak heran dulu seringkali perang antara anggota satu dengan lainnya. Apalagi dulu kala mereka tak segan untuk membunuh atau mengusir anggota keluarga yang melakukan perbuatan tercela. Semuanya demi menjaga harga diri keluarga.
Hal unik yang ada di suku Bugis lainnya adalah mereka mengakui ada lima gender. Bukan hanya pria dan wanita, menurut mereka ada tiga gender lain. Ketiganya adalah calalai, calabai, dan bissu.
Calalai adalah wanita yang sering memakai pakaian pria dalam kesehariannya. Sementara calabai adalah pria yang seperti wanita.
Sedangkan bissu adalah paduan antara wanita dan pria dalam satu tubuh. Bissu dipercaya sebagai sosok yang bisa menghubungkan manusia dengan dewa. Sehingga mereka dianggap tidak punya gender tetap meskipun tampilannya pria atau wanita.
Suku Dayak dari Kalimantan
Pada dasarnya orang Dayak merupakan sebutan bagi orang yang tinggal di pedalaman. Namun kini nama tersebut melekat pada sekelompok orang yang mendiami pedalaman Kalimantan.
Suku Dayak juga merupakan salah satu suku yang masih primitif. Mereka jauh dari akses teknologi dan akses informasi global. Dan tentu saja menjunjung tinggi dan menghargai budaya mereka.
Nenek moyang suku Dayak diyakini berasal dari sebuah wilayah di Cina yang bernama Yunan. Mereka keturunan dari keluarga kerajaan Cina yang kalah perang dan mengungsi. Merasa nyaman di Kalimantan, akhirnya mereka memutuskan tinggal di sana selamanya.
Ada banyak hal yang bikin suku Dayak menjadi suku yang unik dan menarik untuk dikenal lebih dekat. Salah satunya adalah standar kecantikan para wanita suku Dayak.
Seorang wanita Dayak dikatakan cantik jika memiliki cuping telinga yang panjang. Agar mendapatkan cuping telinga yang panjang, setiap wanita Dayak akan menggunakan logam yang berat di cuping telinga mereka.
Sementara bagi pria Dayak, punya tato yang banyak di sekujur tubuh merupakan keistimewaan tersendiri. Karena jumlah tato mencerminkan jumlah wilayah yang sudah didatangi. Mereka sampai harus mempertaruhkan nyawa untuk bisa masuk ke satu wilayah.
Suku Jawa dari Pulau Jawa
Suku Jawa merupakan suku di Indonesia dengan jumlah paling banyak. Suku ini dikenal dengan sopan santun, tata krama, dan sifatnya yang lemah lembut. Suku Jawa sebagian besar berasal dari Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Memang banyak sekali orang Jawa yang sudah merantau dan bekelana. Bahkan hingga ke luar pulau Jawa. Namun tinggal di mana pun, suku Jawa tetap kental dengan budaya mereka.
Salah satu yang paling terlihat adalah dari bahasa dan logatnya. Meskipun berbicara menggunakan Bahasa Indonesia atau daerah lain, logat Jawanya akan selalu terlihat. Orang seringkali menyebut logat ini dengan sebutan medhok.
Bahasa Jawa punya tingkatan tersendiri tergantung dengan siapa kita berbicara. Ada ‘ngoko’ yang digunakan saat kita berbicara dengan seseorang yang tingkatannya di bawah kita. Lalu ‘krama madya’ yang digunakan dengan orang yang sederajat.
Dan yang paling atas ada ‘krama inggil’. Ini merupakan bahasa yang digunakan untuk bicara dengan orang yang derajatnya lebih tinggi, orang tua, dan orang yang dihormati.
Suku Jawa juga punya huruf sendiri yang disebut aksara Jawa. Huruf ini sudah ada sejak beratus-ratus tahun lalu.
Suku Lingon dari Halmahera
Suku dari pedalaman Halmahera ini masih sangat unik dan penuh misteri. Pasalnya tidak banyak yang tahu mengenai seluk beluk suku ini. Padahal suku Lingon merupakan salah satu suku yang menarik.
Halmahera merupakan pulau terbesar yang berada di Kepulauan Maluku. Meski demikian, tak banyak yang tahu mengenai suku Lingon. Suku ini tinggal di belantara pedalaman Halmahera.
Hal unik yang menarik perhatian adalah keunikan fisik orang suku Lingon. Mereka memiliki bola mata biru terang. Layaknya bola mata bule Eropa dan Amerika.
Konon ratusan tahun lalu ada kapal Eropa yang karam di dekat Halmahera. Lalu beberapa penumpang terdampar di sini. Mereka akhirnya menetap hingga membentuk suku Lingon.
Bukan hanya mata yang biru, tapi kulit putih dan postur badan yang tinggi juga sangat mencerminkan orang Eropa. Tak heran jika mereka menganggap orang Eropa yang terdampar merupakan nenek moyang mereka.
Suku Madura dari Madura
Suku Madura berasal dari Jawa Timur. Suku ini terkenal dengan pakaian belang dan hitamnya yang unik dan tak lupa celuritnya. Tentu saja juga dengan sate khas Madura.
Tak hanya, itu suku Madura juga terkenal dengan bahasa lisannya yang blak-blakan. Suku Madura termasuk suku yang mau menerima perkembangan zaman dan teknologi. Meski demikian, mereka masih menjaga adat istiadat dan budaya.
Buktinya hingga saat ini suku Madura masing menggelar tradisi unik. Salah satunya adalah karapan sapi.
Karapan sapi merupakan tradisi yang sering digelar antara bulan Agustus dan September. Karapan sapi adalah sebuah pertandingan adu kecepatan. Antara sapi yang satu dengan sapi yang lainnya.
Suku Mante dari Aceh
Suku Mante merupakan suku yang bermukim di pedalaman Aceh. Suku ini menjadi suku di Indonesia yang penuh dengan misteri. Masyarakat meyakini jika suku ini merupakan etnik paling awal yang membentuk suku-suku yang ada di Aceh saat ini.
Suku ini masih memiliki banyak misteri karena belum ada data pasti yang membahas tentang suku ini. Warga asli Aceh mengakui pernah bertemu bahkan berinteraksi dengan suku ini. Namun informasi hanya beredar dari mulut ke mulut saja.
Tinggi tubuh suku mante pada umumnya lebih kecil yaitu sekitar 60 cm hingga 70 cm. Postur tubuhnya pun sedikit agak bungkuk. Telapak kakinya sama dengan suku pada umumnya, hanya saja agak sedikit besar di bagian jari kaki.
Mereka mampu bergerak dengan lincah. Larinya sangat cepat. Tampaknya kecepatan ini merupakan hasil dari kebiasaan mereka berburu makanan di hutan.
Suku Mante dikenal sebagai suku yang pemalu. Sudah ada beberapa orang yang berusaha mengabadikan keberadaan suku Mante. Tapi tak satu pun ada yang berhasil merekamnya dengan jelas.
Pemerintah Aceh sampai turun tangan untuk bisa merangkul suku Mante. Hal ini dilakukan supaya pemerintah bisa menjaga kelestarian hidup mereka.
Suku Melayu dari Semenanjung Malaya
Kalau ditanya dari mana asal suku Melayu? Kamu tidak akan menemukan jawaban asli. Karena kontur dan pembagian wilayah zaman dulu dan sekarang sangat berbeda.
Dulu tidak ada pembagian batas wilayah seperti saat ini. Mengingat suku Melayu merupakan salah satu suku tertua, Semenanjung Malaya adalah jawaban yang paling tepat.
Karena penyebaran suku Melayu ini luas, sering kali terjadi konflik pengakuan kebudayaan. Bukan hanya di Indonesia, suku Melayu juga ada yang tinggal di negara tetangga seperti Malaysia dan Brunei.
Di Indonesia suku Melayu bermukim di daerah Sumatera, Jambi, Riau, Kepulauan Riau, Bangka Belitung, dan Kalimantan Barat. Jumlahnya hampir 3,4% dari total seluruh jumlah penduduk Indonesia.
Bahasa Melayu yang digunakan merupakan ciri khas yang paling mudah dilihat. Suku Melayu punya nada bicara dan logat yang khas. Sehingga membuat kita langsung mengenali suku Melayu saat berbincang.
Suku Minangkabau dari Sumatera Barat
Suku Minangkabau atau Minang sering juga disebut sebagai suku Padang. Suku Minang merupakan suku di Indonesia yang menganut sistem matrilineal.
Dalam adat suku Minang, garis ibu merupakan garis keturunan yang kuat. Bahkan dalam hal pembagian warisan, wanita akan mendapatkan bagian lebih besar dari laki-laki.
Suku Minang juga jadi salah satu suku yang senang merantau. Meskipun asalnya dari Sumatera Barat, kamu bisa bertemu suku Minang hampir di seluruh wilayah Indonesia. Lihat saja banyak rumah makan Padang berdiri di seantero negeri.
Adat istiadat dan budaya suku Minang sangat kental dengan nuansa Islam. Segala tradisi akan merujuk dan berdasarkan dengan syariat Islam. Termasuk dalam upacara pernikahan dan kematian.
Suku Papua dari Papua
Papua tidak hanya memiliki suku Asmat. Ada banyak suku-suku lain yang mendiami tanah Papua yang luas. Selain suku Asmat, setidaknya suku di Indonesia bagian timur ini ada enam.
Pertama suku Amungme yang tinggal di dataran tinggi Papua. Mereka menjadikan gunung di sekitar tempat mereka sebagai tempat yang disucikan.
Kedua ada suku Dani yang menggantungkan diri dengan bercocok tanam sayur mayur dan menjualnya ke pasar. Suku ini masih sering menggunakan koteka dan tinggal di rumah tradisional honai.
Suku Korowai yang membangun rumah di atas pohon tinggi di pedalaman Papua. Suku Bauzi yang juga masih menjungjung tinggi menggunakan pakain tradisional Papua. Suku ini juga tinggal di pedalaman dan tergolong sebagai suku yang terasing.
Suku Huli punya tradisi yang sangat unik yaitu dengan melukis wajah mereka. Mereka melukis wajah sendiri dengan warna merah, kuning, dan putih. Suku Huli juga punya kebiasaan membuat wig dari rambut mereka sendiri.
Dan suku Muyu yang dianggap sebagai suku terpintar di Papua. Mereka hidup dan berkembang di Kabupaten Boven Digoel. Hampir 45% suku ini menjadi PNS dan menduduki posisi penting dalam struktur birokrasi Boven Digoel.
Suku Sasak dari Lombok
Suku Sasak merupakan suku di Indonesia yang bermukim di Lombok Tengah. Lokasinya tidak jauh dari pusat kota. Menurut sejarah, suku Sasak terbentuk karena pernikahan orang Lombok asli dengan pendatang dari Pulau Jawa.
Warga suku Sasak tidak menutup diri dari wisatawan. Suku dengan mata pencaharian utama bertani ini senang jika ada wisatawatan yang mampir ke desa mereka.
Suku ini punya tradisi yang memperbolehkan anggota menikah di usia muda. Bagi wanita mereka sudah boleh menikah di usia 14 tahun, sementara pria bisa menikah di usia 19 tahun.
Ada tradisi unik juga di setiap acara pernikahannya. Seorang wanita yang akan menikah, ‘diculik’ terlebih dahulu oleh keluarga mempelai pria. Diculik yang dimaksud adalah mempelai wanita akan menginap di kerabat mempelai pria yang berbeda desa.
Tradisi ini dilakukan sebagai bentuk penghormatan kepada leluhur. Dan juga sebagai bentuk perkenalan mempelai wanita pada keluarga mempelai pria.
Suku Sunda dari Jawa Barat dan Banten
Suku Sunda merupakan suku di Indonesia dengan populasi terbesar kedua setalah Jawa. Jumlahnya kini lebih dari 35 juta orang. Meskipun daerah asalnya dari Jawa Barat dan Banten, kini suku Sunda juga menyebar di wilayah-wilayah Indonesia lainnya.
Orang Sunda punya ciri khas dari sisi bahasa, aksara, dan juga tradisi. Bahasa Sunda yang digunakan punya nada dalam setiap ujung kalimatnya. Bahkan setiap daerah memiliki ciri khas Bahasa Sunda masing-masing.
Sama dengan Bahasa Jawa, Bahasa Sunda juga dibagi menjadi tiga tingkatan. Bukan hanya berdasarkan jabatan, pembagian tingkatan juga mempertimbangkan usia yang menjadi lawan bicara.
Ada basa loma yaitu bahasa yang digunakan saat berbicara dengan orang yang usianya sama atau di bawah kita. Bahasa ini lebih tepatnya digunakan pada orang yang sudah akrab. Tidak lazim digunakan dengan orang yang tidak kita kenal, meskipun usianya di bawah kita.
Basa lemes adalah Bahasa Sunda halus. Biasanya digunakan saat kita berbicara dengan orang yang lebih tua. Bisa juga digunakan jika lawan kita memiliki jabatan dan dihormati.
Terakhir adalah basa kasar. Bahasa ini sangat kasar dan tidak sopan digunakan saat berbicara. Biasanya justru digunakan saat marah-marah atau memaki orang lain.
Suku Tengger dari Bromo
Suku Tengger merupakan suku asli yang tinggal di kaki Gunung Bromo. Nama Tengger diambil dari dua tokoh yang dianggap sebagai leluhur suku ini. Tokoh tersebut adalah Roro Anteng dan Joko Seger.
Meskipun tinggal di kaki Gunung Bromo, suku Tengger berhasil masih mempertahankan adat istiadat dan budayanya hingga saat ini. Padahal tempat tinggal mereka sangat mudah dikunjungi wisatawan yang membawa kebudayaan baru.
Suku ini merupakan keturunan Kerajaan Majapahit. Jadi tak heran hingga saat ini sebagian besar warganya menganut agama Hindu. Dan hingga saat ini mereka masih melakukan tradisi turun temurun dari leluhurnya.
Salah satu tradisi unik mereka adalah upacara potong rambut yang wajib diikuti anak-anak Tengger. Setidaknya satu kali seumur hidup mereka sebelum menginjak remaja.
Sebelum dukun memotong ujung rambut anak, akan diadakan doa bersama di pura. Hal ini bertujuan agar membuang kesialan anak tersebut. Supaya mereka lebih sejahtera saat beranjak remaja hingga dewasa nanti.
Untuk berkomunikasi mereka biasa menggunakan Bahasa Jawi kuno. Tapi tidak sedikit juga yang bisa Bahasa Indonesia. Karena sebagian besar dari mereka juga bekerja membantu wisatawan yang hendak berkunjung ke Gunung Bromo.
Suku Toraja dari Sulawesi Selatan
Toraja berarti orang yang tinggal di negeri atas. Suku Toraja berasal dari Sulawesi Selatan. Suku ini terkenal dengan objek wisata dan tradisinya yang unik.
Kuburan merupakan salah satu objek wisata di Toraja yang harus kamu kunjungi. Kedengarannya mungkin menyeramkan. Tapi kuburan ini menjadi daya tarik tersendiri karena keunikannya.
Suku Toraja tidak selalu menguburkan jenazah di dalam tanah. Mereka punya beberapa tradisi dalam memperlakukan jenazah. Salah satunya dengan menyimpan jenazah di dalam goa yang disebut sebagai Kuburan Goa.
Ada juga Kuburan Gantung, tempat suku Toraja menggantung mayat-mayat keluarga mereka yang sudah meninggal. Sebelumnya jenazah tersebut dimasukkan ke dalam peti khas Toraja. Lalu digantung di tebing.
Dan terakhir ada Kuburan Liang Batu. Di sini mayat dalam peti disimpan di batu-batu yang sudah dilubangi. Pemakaman jenis ini memerlukan orang yang ahli memahat supaya bisa melubangi batu untuk menyimpan peti.
Selain itu, suku Toraja juga punya tradisi mengganti baju jenazah yang terlah dikubur bertahun-tahun. Tradisi ini dinamakan Ma’Nene.
Jumlah suku di Indonesia sangat banyak dan menarik untuk dipelajari. Keberagaman ini jadi kekayaan indah Nusantara yang tak ternilai harganya. Perbedaan dalam setiap suku ini perlu kita lestarikan, bukan menjadikannya sebagai alasan perang antar sesama.